My Collection Video. Visit MY chanel Youtube

Thursday, 25 February 2016

Sejarah Berdirinya STMIK AMIKOM Yogyakarta

          Pernah nggak sih kalian itu melihat orang lain atau orang itu adalah orang terdekatmu dan bisa jadi orang itu adalah kawanmu, Dengan ketekunan dia dan semangat yang di punya sesuatu yang dia geluti berupa hal kecil bisa menjadi sangat besar. aku sendiri merinding kalo bener-bener melihat orang seperti itu. karena mereka luar biasa, salah satunya yaitu Ketua STIMIK AMIKOM Yogyakarta Bapak M. Suyanto, Prof. Dr, M.M.

Sewaktu AMIKOM Yogyakarta masih kecil dengan gedung masih sewa, belum dibayar yang berada di Jalan Monginsidi nomor 8 kepunyaan Pak Budi Sutrisno, di sebelah barat SMK Negeri III (dahulu STM Negeri II), dan fasilitas belum memadahi serta statusnya masih terdaftar, saya ketika bermimpi yang saya wujudkan dalam visi AMIKOM, yaitu menjadi Perguruan Tinggi Komputer Terbaik di Indonesia. Banyak orang ketika itu yang menyepelekan dan menghina saya. “Gedung sejelek itu kok menjadi Perguruan Tinggi Komputer Terbaik di Indonesia apa ya mungkin. Gedung kecil mungil, patasnya AMIKOM itu Akademi Mini Kompo. Ayam saja kalau mendengar Pak Yanto akan menjadikan AMIKOM menjadi Perguruan Tinggi komputer Terbaik di Indonesia akan berkata petok…petok…petok. (mimpi…mimpi…mimpi). Apa Pak Yanto itu tidak bercermin. Pak Yanto itu hanya mimpi saja” demikian kata beberapa orang kepada saya. Dalam hati, mimpi saja kok tidak boleh. Mimpi kan gratis. Siapa saja baik orang biasa atau orang luar biasa, baik orang besar ataupun orang kecil boleh bermimpi.
Setelah tahun ketiga, dengan kerja keras dan doa untuk mengejar mimpi itu, saya bersama kawan-kawan mulai ada secercah tanda untuk menggapai mimpi itu. Jumlah mahasiswa yang melakukan registrasi mencapai 639 orang. Kemajuan luar biasa, berakibat kampus yang kecil itu tidak muat, sehingga harus menyewa gedung kembali. Gedung yang ada di Jalan Kaliurang milik keluarga Pak Harman. Jumlah mahasiswa sebanyak itu telah melebihi Akademi lain yang statusnya disamakan. Status Perguruan Tinggi ketika itu berjenjang dari yang terendah menjadi status yang tertinggi, yaitu Terdaftar, Diakui dan Disamakan. Karena jumlah mahasiswa AMIKOM melebihi Akademi lain yang statusnya Disamakan, akhirnya saya membuat status baru sesuai mimpi saya “Status Diridhoi”. Banyak orang tertwa terbahak-bahak dengan status yang saya berikan kepada AMIKOM.
Tahun demi tahun, mahasiswa AMIKOM terus bertambah dan gedung kedua, juga sudah tidak cukup lagi memuat mahasiswa yang mencapai sekitar 2000-an. Kemudian harus menyewa gedung di Jalan Ringroad Utara milik Bu Agra. Di gedung tersebut AMIKOM mendapat julukan baru. Begitu bel berbunyi tanda waktu istirahat, mahasiswa keluar dari gedung yang tidak begitu bagus tersebut banyak yang berkomentar sedikit menghina “Itu.. Kapal Titanic”. Mas Kelik Pelipur Lara dalam bukunya plesetan menulis AMIKOM adalah singkatan dari Akademi MIrip KOs-kosan Mahasiswa. Sindiran-sindirian itulah justru yang saya harapkan. Bahkan mahasiswa dari UPN yang kuliahnya di depan gedung AMIKOM mengatakan “AMIKOM WCnya UPN”. Memang kalau kita melihat sepintas, mungkin sangat menyakitkan, tetapi justru itulah sesungguhnya yang kita cari. Bahkan saya harus mengucapkan banyak terimakasih kepada mereka yang menghina AMIKOM. Hinaan itulah yang menyebabkan AMIKOM “teraniaya” sehingga doanya mudah dikabulkan.

Sumber : http://journal.amikom.ac.id/index.php/Koma/article/view/1693

No comments:

Post a Comment